Masyarakat di Desa Ma'dong Toraja Utara Masih Hidup Tanpa Listrik

Masyarakat di Desa Ma'dong Toraja Utara Masih Hidup Tanpa Listrik. Foto Ilustrasi
Toraja Utara - Di era perkembangan zaman modern ini, listrik sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Namun tidak dengan masyarakat di Desa Ma'dong, Kabupaten Toraja Utara, kesehariaannya mereka harus hidup tanpa listrik.

detikcom berkesempatan mengikuti kegiatan Tim Adventure PT Nagata Dinamika anak perusahaan PT Sewatama menelusuri ke lokasi kontruksi pembangunan PLTM di Desa Ma'dong, Kabupaten Toraja Utara dari tanggal 24-29 Desember 2014. PLTM sendiri merupakan pembangkit listrik tenaga Mini hidro dengan kapasitas 10 Mega Watt. Selain itu pembangunan PLTM ini juga menggunakan tenaga air.

PLTM sendiri memanfaatkan aliran air yang berada di ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Sementara power house atau turbin power berada di ketinggian 900 meter diatas permukaan laut. Sepanjang perjalanan menuju lokasi sendiri melewati beberapa perkampungan. Salah satunya desa Ma'dong yang mana di desa ini hampir sebagian masyarakatnya belum mendapat aliran listrik. Terbayang jika kita melakukan perjalanan di malam hari ke desa tersebut yang mana belum ada listrik sementara sisi jalan menuju desa adalah jurang.

"Disini ada beberapa kampung yang belum mendapat aliran listrik," ujar Camat Depina, Yunus sama berbincang-bincang dengan detikcom, Senin (29/12/2014).

Kerbau dan rumah adat Toraja di Ke'te Kesu'. Ilustrasi Foto: @dwitagama | fotodedi.wordpress
Kecamatan Depina sendiri membawahi delapan desa. Jaringan listrik menuju ke delapan desa sendiri telah ada. "Akan tetapi listrik disini suka mendapat giliran secara bergantian. Ada juga yang hanya mendapat pasokan listrik hanya untuk setengah hari," ujar Yunus.

Martinus salah seorang warga dari Desa Ma'dong merupakan satu dari puluhan orang lain yang tidak dapat listrik. Adanya pembangkit listrik ini dianggap amat membantu.

"Kita merasa senang dengan dibangun PLTM ini karena akan sangat merasa terbantu, tetapi disatu sisi kami juga kecewa karena bagi kami pohon bambu itu amat bermakna dan salah satu bagian dari adat Toraja akan tetapi malah dihargai murah," tuturnya.

Rumah Martinus sendiri berada disekitar lokasi PLTM. Disekitar tanahnya ia selalu menanam pohon bambu, yang pada akhirnya pohon itu digunakannya untuk membangun rumah dan kegiatan sehari-hari.

"Mereka berjanji sama kami meski biar dihargai murah tapi pohon bambu yang sudah ditebang akan dikembalikan ke kami. Selain itu mereka juga janji ke kami menyisihkan sedikit lahan untuk kami menaman kembali pohon bambu. Kedepan saya juga berharap mereka dapat memperkerjakan warga desa ini untuk jadi bagian dari PLTM," tutupnya.


Sumber: Detik

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »