Showing posts with label Toraja Travel. Show all posts
Showing posts with label Toraja Travel. Show all posts

Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Mengunjungi Toraja tak melulu hanya disuguhi wisata kuburan dan ritual pemakaman yang unik (Rambu Solo), pesona bentang alam Toraja juga punya daya tarik tersendiri. Daerah dataran tinggi di jantung pulau Sulawesi ini mampu memanjakan mata dengan pemandangan alam nan eksotik. Sebut saja bentang hijau areal persawahan, barisan pegunungan serta hutan yang masih terjaga, dinginnya udara yang menyejukkan rongga pernafasan berpadu dengan senandung budaya diatas awan yang membuai.

Di Toraja, di desa-desanya, imajinasi leluasa keluar dari ruang mimpi. Bebas dan dalam, tanpa mengenal pembatasan. Tidak terkekang oleh kemasan. Pedesaan Toraja secara lugu hadir tak mengenal keraguan. Meski tuntutan bersolek untuk memikat para wisatawan dan memulihkan pamornya sebagai destinasi wisata terus menggeliat beberapa tahun belakangan. Toraja seolah tak ingin ketinggalan dengan geliat pariwisata yang tengah gencar-gencarnya diadakan pihak pemerintah. Namun Toraja masih menggengam teguh kearifan lokal sebagai jatidirinya...

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
Harmoni alam dan budaya di pelataran Tongkonan. Salah satu potret pesona Toraja yang menanti anda dalam Toraja Marathon 2016. Sumber Foto

Eeeh kok malah melebar, memang sih untuk membahas tentang Toraja seakan tak ada habisnya. Kembali ke judul dan membahas alasan mengapa kita harus ke Toraja pada bulan Agustus tahun ini, buat kamu para traveler, bersiaplah mengepak barang dan memesan tiket pesawat ke Toraja di bulan Agustus! karena pada bulan tersebut akan diadakan Toraja Marathon 2016!

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Toraja Marathon 2016
“Toraja Marathon akan diselenggarakan untuk pertama kali di bulan Agustus 2016. Bagi masyarakat Toraja ini adalah event olah raga tahunan pertama yang akan memetakan Toraja di agenda olah raga lari di Indonesia dan suatu saat, dunia. Bagi kami pencinta olah raga lari, Toraja Marathon adalah tantangan. Sudah lama kami melihat Toraja baik dari jauh maupun dari dekat. Ini tahun 2016. Waktu dimana tantangan berlari mengagungi alam cipataanNya berjuluk Toraja menjadi pencapaian tersendiri.”

Tentang kategori Toraja Marathon 2016 kalian bisa melihat langsung pada situs Toraja Marathon (klik disini)

Melalui ajang Toraja Marathon 2016, Toraja mengumumkan bagi seluruh traveler di Indonesia maupun luar negeri untuk berkunjung. Ini adalah event sport tourism pertama yang diadakan oleh Toraja. Meski begitu, Toraja tak tanggung-tanggung dalam mempersiapkannya. Dari segala aspek diperhatikan secara teliti. Bahkan khusus untuk para traveler dari luar pulau dan luar negeri, akan dimanjakan dengan disediakannya paket akomodasi dan transportasi.

Melalui situs resmi Toraja Marathon, ada beberapa jenis paket yang disediakan sebagai berikut:

Exotica Toraja Package for Toraja Marathon:

1. Intercity Bus / Coach Bus Makassar-Toraja (Return) Rp 550.000 / person

2. Budget Package

Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Accomodation Hostel / Homestay + Breakfast

2 Nights Basic Package Rp 1.400.000 / person
3 Nights Basic Package Rp 1.700.000 / person
(Price based on twin share room)

3. Comfort Package

Airfare Ticket (Jkt – Makassar) Return + Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Transportation in Toraja (sharing ELF 8 seater car) + Accomodation (hotel bintang 1 dan bintang 2) + Breakfast

2 Nights Executive Package Rp 3.800.000 / person
3 Nights Executive Package Rp 4.200.000 / person
(Price based on twin share room)

4. Executive Package

Airfare Ticket Garuda Airline ( Jkt – Makassar) Return + VIP Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Transportation in Toraja (private rental car) and Accomodation (Hotel bintang 4) + Breakfast

2 Nights VIP Package Rp 6.400.000 / person
3 Nights VIP Package Rp 7.600.000 / person
(Price based on twin share room)

For bookings, further info and contact: Klik Here

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
You can never avoid this kind of view when you run in Toraja Marathon 2016. Photo by: @endyallorante

Toraja marathon akan diselenggarakan pada tanggal 13 Agustus, 2016. Pendaftaran dibuka pada tanggal 20 Maret, 2016. Kuota sangat terbatas dan sebaiknya anda tidak ketinggalan momen seru ini...!


Ayo mendaftar karena ini kesempatan menarik menjelajah dan mengenal Toraja lebih dekat!



Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
Harmoni alam dan budaya di pelataran Tongkonan. Salah satu potret pesona Toraja yang menanti anda dalam Toraja Marathon 2016. Sumber Foto


Semoga Bermanfaat... :)

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja
Ayo ikut Voting Online logo Toraja... :)
"Vote for Toraja Branding, Toraja Tourism Destination." Gambar: |@TorajaParadise

Branding Toraja, destinasi di Sulawesi Selatan, akan melibatkan masyarakat luas melalui pemilihan logo dan tagline baik secara offline maupun online. Baik orang Toraja, pemerhati pariwisata dan pelancong dalam serta luar negeri, dihimbau untuk berpartisipasi dalam online voting yang diselenggarakan pada 16-24 April 2015.

Promosi mengenai online voting dilakukan melalui tiga akun sosial media Toraja, yaitu: Facebook Fan Page Visit Toraja, Twitter @VisitToraja dan Instagram @visittoraja.

Toraja merupakan salah satu destinasi pilihan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang didukung oleh Swisscontact, selain Tanjung Puting, Wakatobi dan Flores. Keempat destinasi ini merupakan bagian dari rencana Kemenpar untuk mendukung pariwisata di 15 destinasi prioritas di Indonesia melalui pengembangan organisasi tata kelola destinasi atau Destination Management Organization (DMO).

Salah satu fokus utama DMO adalah meningkatkan kesadaran mengenai destinasi melalui pemasaran. Dengan mengembangkan citra yang unik, hal ini tidak hanya dapat membantu menyatukan para pemangku kepentingan, tetapi juga mencitrakan destinasi agar dapat dikenali di pasar pariwisata. Melalui pengelolaan yang tepat dari destinasi, industri pariwisata diyakini dapat mendorong perekonomian dan lingkungan seiring dengan memfasilitasi kemajuan sosial lebih lanjut.

Pengembangan itu diwujudkan oleh Kemenpar, bekerja sama dengan Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) dan Swisscontact, yaitu organisasi pengembangan dari Swiss dengan lebih dari 40 tahun pengalaman di Indonesia.

Toraja sendiri dikenal sebagai salah satu tempat terindah di Indonesia yang menyimpan daya magis dalam kulturnya. Pesonanya terkuak ketika tengkorak-tengkorak manusia menunjukan kemisteriusannya, juga puluhan kerbau dan babi yang pasrah disembelih untuk upacara kematian demi sebuah ritus ‘Orang Mati yang Hidup’ .

Di sinilah Anda dapat melihat situs makam pahat di Lemo, makam goa purba di Londa, menhir di Rante Karassik, dan perkampungan Kete Kesu unik. Semuanya terpeliharanya dalam bingkai adat budaya karena masyarakatnya sangat menghormati leluhur dengan tetap menjaga eksistensi pekuburannya.

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja
Banner voting logo Toraja melalui Visit Toraja. Gambar: IndTravel

Mengapa Mencitrakan Toraja

Saat ini, industri pariwisata telah bergeser. Pengunjung memiliki daya pilih untuk menentukan tujuan wisata yang cocok dengan persepsi dan keinginan mereka. Oleh karenanya, sebuah tujuan wisata tidak bisa bergantung hanya pada penjualan produk mereka saja seperti objek wisata, budaya, produk lokal, dan sebagainya, tetapi harus juga mampu menawarkan berbagai fitur menarik pariwisata secara efektif yang terpadu ke dalam sebuah strategi pemasaran untuk meningkatkan lebih banyak pengunjung.

Toraja telah dipromosikan secara provokatif sebagai sebuah tujuan wisata yang mungkin paling membuat penasaran, yang dianggap lebih terpencil, alternatif wisata yang masih lestari selain Bali, dan lebih mendasar lagi, sebagai sebuah alternatif untuk para pengunjung yang notabene bersudut pandang duniawi, seperti dunia Barat yang cukup sekuler.

Disaksikan sebagai potensi baru tempat wisata, Kementerian Pariwisata Indonesia menyatakan Tana Toraja sebagai tujuan pariwisata utama baru setelah Bali. Terdapat pembangunan besar-besaran hotel, restoran, infrastruktur (jalan) dan bandara baru (dibuka tahun 1981) untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah pengunjung.

Dengan semua potensi dan sumber daya yang ada industri pariwisata dan pemangku kepentingan pariwisata telah membentuk Tana Toraja, sebagai presentasi dari budaya eksotis dan tujuan wisata yang jauh dari mana-mana: tujuan wisata yang menawarkan upacara pemakaman pagan dan desa-desa sejak zaman batu, dilengkapi dengan pemandangan sawah dan pegunungan. Para pengunjung telah diberi kesempatan untuk berada secara dekat dengan beberapa versi dari: yang Lain, yang Eksotis, dan yang Primitif. Wisatawan dari sebagian besar negara lain cenderung menganggap Toraja sebagai tempat ritual, khususnya sebagai tempat pemakaman. Pada bagian ini secara kebetulan, untuk ritual tradisional kematian Toraja terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, setelah panen, cocok sekali sesuai dengan kalender liburan orang Barat; dan untuk berbagai macam alasan sejarah dan budaya, Toraja sangat menekankan upacara kematian.

Seiring dengan berjalannya waktu, Tana Toraja telah mengalami banyak pasang surut dalam industri pariwisata. Beberapa insiden penting telah membentuk industri pariwisata di Toraja saat ini: bom Bali (2002 dan 2005), dan permusuhan etnis serta agama di Luwuk yang juga dianggap sebagai salah satu klan Toraja. Jumlah pengunjung menurun dan butuh beberapa saat (hampir 10 tahun) untuk pulih meskipun tidak sebagus masa-masa kejayaan di tahun 80 dan 90-an. Runtuhnya industri pariwisata telah mengakibatkan masyarakat mencari altenatif untuk mata pencaharian seperti bekerja sebagai pendatang di kota-kota besar, di mana Jakarta, Balikpapan atau Jayapura terpilih menjadi tempat untuk menetap.

Pembangunan ekonomi dan pariwisata yang tidak berkelanjutan telah mengubah masyarakat Toraja menjadi yang sekarang. Sebagai kawasan wisata berbasis budaya, tradisi dan ritual secara perlahan berubah dan mengalami banyak gangguan yang membuatnya kurang, dari segi orisinalitas.

Terlepas dari tantangan dalam pariwisata Toraja seperti susahnya aksesibilitas, biaya liburan yang kurang menarik, atau identitas yang disalahartikan, Toraja masih memiliki banyak peluang untuk menjejakkan kaki di peta kepariwisataaan Indonesia serta dunia. Tempat wisata yang begitu agung, atraksi yang unik dan sisa-sisa kejayaan masa lalu Toraja adalah aset berharga bagi pariwisata. Pasar lokal yang besar yang belum tersentuh dan meningkatnya jumlah wisatawan global akan menjadi gerbang pembuka bagi Toraja untuk kembali ke pasar pariwisata global.

Toraja selalu diartikan sebagai dua kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara yang mana pembagian seperti itu malah menciptakan persepsi bahwa itu adalah dua tujuan wisata yang terpisah. Sedangkan, sebenarnya mereka memiliki ciri-ciri budaya dan etnis yang sama, pemisahan semacam itu justru dapat merugikan posisi tawar di industri pariwisata. Dengan demikian, pencitraan Toraja sebagai satu daerah pariwisata akan meningkatkan daya saing Toraja di pasaran.

Akhirnya, identitas kompetitif Toraja membuatnya khas dan membedakannya dari tujuan wisata lainnya. Melalui pencitraan, diharapkan persepsi pengunjung tentang Toraja akan meningkatkan lebih baik dan pada akhirnya akan selalu hidup di mata pemangku kepentingan internal dan pengunjung potensial serta pelanggan.

Di mana kita sekarang

Toraja DMO dengan dukungan dari Swisscontact WISATA telah memulai proses pencitraan Toraja dan melakukan penilaian yang diperlukan secara mendesak sejak semester ke-2 tahun 2014. Penilaian yang dilakukan pada tahun yang sama membawa kepada pembentukan kelompok kerja lokal (Pokja) yang bertugas mengawal proses pencitraan secara keseluruhan. Anggota-angota dari Pokja mencerminkan perwakilan dari pemerintah daerah kabupaten, pelaku industri pariwisata, akademisi, budayawan, tokoh tetua adat, organisasi pemuda, kelompok agama, sekolah dan masih banyak lainnya dari Toraja.

Di bulan-bulan terakhir 2014, Pokja memulai sebuah inisiatif dengan membentuk visi dan misi dan arah tentang bagaimana dan ke mana destinasi ini akan berlayar. Pencarian sebuah perusahaan profesional yang akan membantu mendukung proses pencitraan dilakukan, kemudian disusul dengan terpilihnya agen pencitraan berbasis di Jakarta tersebut pada November 2014.

Pada Januari 2015, Toraja DMO mengkoordinasikan kunjungan lapangan yang berisi beberapa acara pertemuan diskusi intensif dan penilaian antara agen pencitraan terpilih dan perwakilan pemain industri pariwisata, pakar dan akademisi, tokoh tetua adat, organisasi pemuda dan keagamaan. Data yang diambil dari kunjungan itu kemudian digunakan untuk mengembangkan sebuah rekomendasi yang mengusulkan posisi dan konsep pencitraan serta perencanaan kampanye strategis untuk destinasi.

Rancangan tampilan berupa gambar grafis untuk pencitraan, telah ditindaklanjuti di bulan Februari dan Maret diikuti dengan berbagai diskusi internal di antara anggota Pokja tentang gambar grafis yang diusulkan. Tiga Logo dan satu slogan sekarang siap untuk diseleksi oleh masyarakat Toraja yang akan menentukan satu logo dan satu slogan yang dianggap paling tepat mewakili Toraja.

Masyarakat Toraja dan mereka yang memiliki minat tentang Toraja dipersilakan untuk secara aktif mendukung pemilihan melalui kegiatan sosialisasi dan voting online yang dijadwalkan pada minggu ketiga bulan April 2015 dengan pengumuman hasil akhir yang dijadwalkan pada akhir bulan April 2015.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Toraja DMO
Jl. Veteran No. 1 Makale, Tana Toraja
Sulawesi Selatan 91811
Telepon: +62 (423) 26462

Untuk melakukan voting secara Online silahkan kunjungi situs Visit Toraja (klik disini)

Berikut adalah logo yang terlampir dalam situs Visit Toraja:

Semua logo yang diusulkan menggunakan slogan yang sama: Discover the Sacred Highland, Temukan tanah tinggi yang suci. Kata-kata tersebut dipilih untuk memberi rasa dan kesan unik:
  • Discover/Temukan – Kata aktif, menyiratkan bahwa di wisata Toraja mengajak keterlibatan dari pengunjung untuk mendapatkan pengalaman yang istimewa.
  • Highland/Tanah Tinggi – Menunjukkan identitas Toraja sebagai tanah tinggi.
  • Sacred/Suci – Tempat yang sakral, merujuk pada kebudayaan Toraja yang agung dengan bangsawan/leluhur yang turun langsung dari langit.


Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja



Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Penunjuk arah Suaya, makam para Bangsawan Sangalla'.
Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave

Menurut beberapa penuturan, upacara Rambu Solo paling besar dan meriah adalah saat pemakaman penguasa Sangalla' terakhir, Puang Laso Rinding atau yang dikenal Puang Sangalla’, pada tahun 1972. Saat itu juga Rambu Solo Puang Sangalla didokumentasikan oleh National Geographic sehingga menjadikan Tana Toraja mulai masyhur di dunia internasional. Semenjak itu, banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Toraja dan menyaksikan upacara Rambu Solo.

Kita akan ke Suaya. Ke tempat makam raja-raja Sangalla’ dan keluarganya.” Basho menginformasikan tujuan selanjutnya. Daerah Sangalla terletak sekitar 10 km di sebelah timur Makale.

Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya. Mendung yang dari tadi menggelayut, perlahan-lahan membuka diri. Ia memberi kesempatan langit biru menjadi atap yang indah bagi Tana Toraja. Sayangnya, masih malu-malu. Belum sepenuhnya tulus mengantarkan matahari mengeringkan tanah-tanah yang basah, sisa hujan. Matahari pun terhijab lagi oleh mendung putih. Romansa langit biru yang menjadi kombinasi bumi hijau menguning masih sebatas imajinasi.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Sebuah kubur tanpa Tau tau. Tau-tau diselamatkan karena rawan pencurian. 

Tatkala masuk menyusuri area persawahan dari Makale menuju Sangalla', kami berhenti. Sebuah tebing dengan pahatan persegi panjang berlubang-lubang menyambut pandangan kami. Kosong tak ada isinya...

Harusnya di dalam lubang itu ada Tau-tau, patung boneka dari orang yang dikuburkan di tebing batu. Hanya saja oleh keluarganya, Tau-tau ini disimpan di Tongkonan yang terletak di bawahnya.” Jelas Basho.

Lho kenapa disimpan? Tidak dipajang?

Tau-tau rawan dicuri. Banyak orang asing ingin mengoleksi Tau-tau. Mereka terpesona dengan aura keunikan dan keindahan Tau-tau. Padahal, Tau-tau dipercaya untuk melindungi keluarga yang masih hidup.“ Saya paham dan sependapat dengan Basho. Miris memang. Masih ada juga orang Indonesia yang mau mengorbankan kekayaan tradisi yang tak ternilai harganya demi memenuhi kebutuhan satu dua orang asing. Hanya demi memperoleh banyak uang.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Panorama persawahan dengan latar belakang batuan granit bergerigi sepanjang Makale-Suaya. Eksotis. 

Perjalanan dilanjutkan ke Suaya. Panorama sawah bertingkat-tingkat memanjakan pandangan. Hutan di perbukitan hijau lestari. Jejeran pegunungan granit di kejauhan menyedapkan horison. Semakin elok tatkala formasi alam ini diselingi rumah-rumah Tongkonan yang begitu khas Toraja. Tak terasa, saya sudah tiba di tempat parkir Suaya.

100 meter berjalan di setapak yang masih basah. Aroma kesakralan peristirahatan para raja dan bangsawan mulai terasa. Sayangnya, area ini terkesan kurang terawat. Rumput-rumput liar tumbuh sesuka hatinya. Tempat ini sepi pengunjung. Rasanya kami adalah satu-satunya pengunjung saat itu. 

Sebuah tebing tegak lurus menjadi akhir pandangan mata saya. Kira-kira setinggi 70 meter. Puluhan Tau-tau menyambut saya dengan tangan terentang. Seperti sebuah sambutan yang ramah dari mereka untuk kehadiran saya.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Deretan Tau-tau tua dengan tangan merentang. Seolah menyambut kehadiran pengunjung.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Kubur tebing batu Suaya, makam Ningrat Sangalla'

Tau-tau Suaya termasuk yang tua di Toraja. Ada yang berusia hingga ratusan tahun. Mereka berjejer rapi di atas tebing dengan memakai pakaian adat khas Toraja. Tau-tau seluruh mendiang lengkap di Suaya. Di samping lubang Tau-Tau, ada beberapa lubang dengan pintu kayu yang di dalamnya jasad-jasad darah biru Sangalla ini ditaruh untuk dimakamkan.

Lihat di bawahnya, ada kuburan berada di tanah.” tunjuk Basho. “Itu adalah pemakaman bagi bangsawan Sangalla yang beragama Islam.” Tertulis di nisan putih bernama Haji Puang Lai Rinding. Lahir tahun 1905, wafat 23 April 1988.  Makam Islam adalah keunikan yang menjadikan Suaya berbeda dibandingkan kuburan batu lain di Toraja.

Menurut Basho, Haji Puang Lai Rinding adalah bangsawan Toraja yang merantau keluar dari Tana Toraja. Kemudian dia memeluk Islam hingga berhaji ke Mekkah. Meski demikian, sebagai orang Toraja, dia tetap menghormati leluhurnya dengan berpesan dikuburkan di tanah asalnya. Sebaliknya, orang Toraja juga menghargai agama Islam yang dianut bangsawan Lai Rinding ini. Penguburan di atas tanah adalah sebuah ‘komunikasi’ yang mengedepankan toleransi dalam masyarakat Toraja.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Makam muslim Bangsawan Sangalla' Toraja. Berbeda dengan tradisi asli Toraja.
Dalam kepercayaan Suku Toraja, tanah dianggap sebagai elemen suci. Maka, masyarakat Toraja tidak akan mengubur mayat di dalam tanah, tetapi di dalam batu atau pohon. Secara geografis, tradisi ini dipengaruhi oleh bentang alam Toraja. Tana Toraja dihiasi oleh pegunungan dan batu granit raksasa sehingga memungkinkan tradisi itu dilaksanakan.
Di depan arah kanan dari kaki bukit dibangun sebuah bangunan mirip Tongkonan untuk menaruh barang-barang milik mendiang. Di sampingnya ada pondok penyimpan beberapa perlengkapan penguburan. Ada juga bangunan cukup besar yang menyimpan beberapa barang kerajaan Sangalla. Hanya saja, sebagian besar barang kerajaan tak di sini, melainkan disimpan di Museum Buntu Kalando yang merupakan bekas istana Puang Sangalla. Museum ini terletak di atas bukit di Desa Kaero, Sangalla, tak jauh dari Suaya. 

Kuburan Batu Suaya merupakan persembahan kepada Puang Tamboro Langi’ dan keturunannya. Puang Tamboro Langi’ merupakan pendiri sekaligus penguasa pertama wilayah Kalindobulanan Lepongan Bulan (Tana Toraja). Menurut hikayat, dia turun dari langit di puncak Gunung Kandora di Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja pada pertengahan abad 4 M.

Tanah adalah elemen suci bagi orang Toraja. Sehingga makam dibuat di atas tebing.
Tanah adalah elemen suci bagi orang Toraja. Sehingga makam dibuat di atas tebing.

Selanjutnya oleh keturunannya, yakni Puang Bullu Mattua, wilayah Lepongan Bulan dibagi menjadi tiga wilayah (lembang) yaitu Makale, Sangalla’, dan Mangkendek. Pembagian ini dilakukan di atas suatu landasan sumpah yang disebut Basse Tallu Lembangna. Ketiga wilayah ini berkuasa penuh memerintah dan mengatur wilayahnya masing-masing. Pemimpinnya disebut Puang Basse Kakanna Makale, Puang Basse Tangngana Sangalla’ dan Puang Basse Adinna Mengkendek.

Meski demikian, secara simbolis ada Puang Tomatasak Kalindobulanan Lepongan Bulan yang selalu dijabat oleh Puang Basse Tangngana Sangalla’ selama 13 periode mulai dari Puang Palodang sampai Puang Laso’Rinding (Puang Sangalla’). Wilayah Sangalla mewarisi asli Lepongan Bulan karena Tongkonan Layuk Kaero yang merupakan istana Lepongan Bulan dibangun oleh Puang Patta La Bantan itu berada di wilayah Sangalla’.

Hadir di Suaya, seperti melemparkan saya kepada sejarah panjang Tana Toraja. Khususnya masa lalu Bangsawan Sangalla. 

Namun, matahari perlahan beranjak naik. Sudah mulai menuju siang. Saya melangkahkan kaki kembali ke tempat parkir. Melangkahkan kaki kembali ke masa kini. Terjaga lagi pada kesadaran untuk menjelajahi khasanah Toraja. Masih banyak destinasi Toraja yang lain.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Lettoan, miniatur bentuk Tongkonan, bekas keranda pembawa jenazah diletakkan di kaki tebing.
Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Tau-tau berjejer rapi di atas tebing.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Tau-tau yang masih baru milik bangsawan Sangalla'.

Suaya Makam Ningrat Sangalla' - Suaya King's Grave
Sebuah bangunan berbentuk rumah adat Tongkonan, dijadikan tempat menyimpan alat pekuburan.



Artikel dan Foto: Iqbal Kautsar | @iqbal_kautsar

Tentang Penulis:
Iqbal Kautsar, seorang; Pemakna khasanah INDONESIA | Pejalan dan pencerita perjalanan | Pecinta kopi, durian dan brotowali | Yogyakarta dan Kebumen |

Anda bisa menghubunginya melalui email: iqbalkautsar@gmail.com

Sumber: artikel ini sebelumnya diposting dalam blog pribadi penulis _DIASPORA IQBAL_ dan atas izin dari penulis, artikel ini kami posting kembali untuk menambah informasi tentang pariwisata di Indonesia khususnya di Toraja.

Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'

Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Papan penunjuk lokasi ke Kambira Baby Grave.
Bambu-bambu tumbuh lebat. Saling tegak merapat. Tak tersisa celah untuk membiarkan terik surya mengeringkan tanah basah. Sejuk nan lembab ketika saya menapak jalan menyusuri hutan bambu di Toraja.

Di tengah hutan bambu, sebuah pohon Tarra’ berdiameter sekitar 80 cm tampak gagah berdiri. Kontras dengan lingkungan sekitarnya. Pada batang pohon ini, beberapa ijuk berbentuk persegi menempel layaknya sebuah aksesoris. Ijuk ini berasal dari pohon enau yang digunakan sebagai penutup sebuah lubang tempat ditaruhnya mayat-mayat bayi. Ya, itu adalah kuburan pohon untuk bayi atau disebut ‘passiliran‘. Kambira Baby Grave.

“Bayi yang dikuburkan di pohon ini adalah yang belum tumbuh giginya. Orang Toraja menganggap bayi yang giginya belum tumbuh itu masih suci.” jelas Basho sembari menunjuk ke arah pohon. 

Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Melintasi hutan bambu, menuju kuburan bayi.
Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Kambira, Kuburan Bayi di Pohon Tarra'.
Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Pohon Tarra' menjadi rahim jasad bayi yang dikuburkan. Ditutupi oleh ijuk.
Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Jamur pun tumbuh di pohon Tarra di dekat lubang makam. Pohon Tarra' memang "menghidupi".
Dengan menguburkan bayi di pohon Tarra‘, orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya. Mereka berharap, pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir kemudian. Pohon Tarra‘ dipilih sebagai tempat menguburkan bayi, karena pohon ini memiliki banyak getah berwarna putih, yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu.

Pemakaman seperti ini dilakukan orang Toraja pengikut Aluk Todolo (kepercayaan kepada leluhur). Upacara penguburan dilaksanakan secara sederhana. Bayi yang dikuburkan tidak dibungkus kain, sehingga benar-benar seperti bayi yang masih berada di rahim ibunya.

Tampak ada ijuk yang kendor pengikatnya. Saya tertarik mendekat. Kebetulan terletak di sisi kanan pohon yang dekat dengan setapak. Melongok dari bawah untuk menghalau penasaran. Ternyata, lubang tempat bayi diletakkan sudah tidak ada. Lubang itu telah menyatu menjadi badan pohon yang utuh. Getah pohon Tarra’ telah menyatukan jasad sang bayi ke rahim pohon, layaknya rahim sang ibunya.

“Di Toraja, sebenarnya banyak ditemukan kuburan pohon semacam itu. Hanya saja letaknya di tengah hutan. Susah menjangkaunya. “ungkap Basho. “Kambira ini sudah tua usianya. Sekarang, tidak digunakan lagi.” Sambil kami melangkah keluar menembus kembali rerimbunan hutan Bambu.

Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Perempuan tua Toraja turut menjaga loket Kambira Baby's Grave.
Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Tau-tau mini dijual sebagai cindera mata.
Seorang ibu yang renta datang menghampiri kami. Menjajakan beberapa souvenir khas Toraja. “Kaos Torajanya, silakan dibeli untuk cinderamata.” Namun, entah kenapa malah Basho asyik mengobrol dengan ibu itu. Tentunya dengan bahasa Toraja. Ah, saya tidak paham apa yang mereka katakan. Saya memutuskan menuju ke toko-toko cinderamata.

Deretan tau-tau mini menyambut saya. Matanya menganga lebar seakan dia memerhatikan saya sungguh-sungguh. Ah, bukan. Ternyata saya saja yang terlalu terpesona pada keindahan ukirannya. Di samping tau-tau, ada juga kotak-kotak berukiran motif toraja. Sangat indah dengan abstraksi dan geometri yang khas. 

Sayangnya, kantong saya lagi tipis. Ini tidak indahnya. Saya pun hanya melambaikan tangan kepada tau-tau cantik itu. “Maaf, saya tidak membawamu bersamaku. Semoga suatu saat nanti kau bisa ikut bersamaku.”

Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra'
Seekor kerbau sedang merumput di samping Alang Sura'. Di kawasan Tongkonan Kambira.



Artikel dan Foto: Iqbal Kautsar | @iqbal_kautsar

Tentang Penulis:
Iqbal Kautsar, seorang; Pemakna khasanah INDONESIA | Pejalan dan pencerita perjalanan | Pecinta kopi, durian dan brotowali | Yogyakarta dan Kebumen | 

Anda bisa menghubunginya melalui email: iqbalkautsar@gmail.com

Sumber: artikel ini sebelumnya diposting dalam blog pribadi penulis _DIASPORA IQBAL_ dan atas izin dari penulis, artikel ini kami posting kembali untuk menambah informasi tentang pariwisata di Indonesia khususnya di Toraja.


Belum Pernah Liburan ke Toraja? 10 Pesona Wisata Ini Menanti Anda

Pesona hamparan persawahan di Batutumonga, Toraja. Foto: Rice Terraces of Batutumongan by Michele Burgess
Bingung mau liburan kemana? Dari sekian banyak destinasi pilihan, Tana Toraja di Sulawesi Selatan bisa menjadi alternatif destinasi liburan yang wajib Anda kunjungi. Keeksotisan Tana Toraja terbukti telah banyak memikat wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung.

Hingga tahun 2013, Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja mencatat pelonjakan 30 persen kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 19.324 orang dibanding tahun 2012. Bahkan kunjungan wisatawan domestik di tahun 2013  meningkat tajam lebih dari 100 persen yaitu sebanyak 42.319 orang dibandingkan tahun 2012.

Jika belum pernah pergi ke "Kepingan Nirwana di Jantung Sulawesi" ini, berikut 10 Alasan untuk anda berlibur ke Toraja:

1. Ma’Nene, tradisi mengganti pakaian jenasah leluhur. [Baca: Baju Baru untuk Mumi Leluhur Suku Toraja]

2. Menyaksikan upacara pemakaman khas Toraja (Rambu Solo). [Baca: Rambu Solo: Ritual Pemakaman Orang Toraja]

3. Uji Nyali di Londa. [Baca: Londa: Kompleks Makam Di Tebing Batu Toraja]

4. Mengunjungi Kambira, kuburan bayi yang ditanam di dalam batang pohon. [Baca: Kambira: Pemakaman Bayi Toraja di "Rahim" Pohon Tarra']

6. Ada Kerbau belang seharga Rp 1 miliar (Tedong Saleko), yang merupakan kerbau endemik Toraja yang sangat sulit di dapat dan mahal karena digunakan untuk ritual upacara Rambu Solo. [Baca: Mengapa Kerbau Toraja Begitu Istimewa]

7. Rumah adat Tongkonan yang unik. [Baca: Orang Toraja dan Makna Tongkonan]

8. Menikmati pesona bentang alam Toraja dari Batutumonga dan Pango-pango. [Baca: Batutumonga, Senandung Budaya di Atas Awan]

9. Mengunjungi desa adat di Ke'te Kesu' [Baca: Andina Laksmi: Kete Kesu, Wisata Kuburan dan Tulang Belulang]

10. Festival Toraja Lovely December. [Baca: Toraja Lovely December 2014 "I Love Bamboo"]

dan banyak lagi destinasi lain di Toraja yang patut anda kunjungi... :)

”Saleko” Kerbau Seharga Satu Miliar Rupiah di Toraja. Foto: ist
Uji nyali...? Burial Cave in Londa.
Taman menhir atau dalam bahasa Toraja disebut Batu Simbuang di Rante Karassik.
Kubur bayi di Kambira, mayat bayi yang belum tumbuh gigi di makamkan dalam batang pohon Tarra'.
Prosesi upacara pemakaman khas Toraja, Rambu Solo.
Rumah adat khas Toraja, Tongkonan.
Ritual pembantaian kerbau yang sering dianggap menyeramkan disebut Ma'tinggoro Tedong. Ritual itu dilakukan dengan cara menyembelih kerbau hanya dengan hanya satu kali tebasan parang kecil.
Tana Toraja dapat ditempuh selama kurang lebih 8 jam melalui jalan darat dari Makassar melewati Pare-Pare dan Enrekang. Begitu memasuki kawasan Tana Toraja, anda akan serasa dikirim oleh mesin waktu kembali ke masa lalu, masa purbakala. Suasana yang tidak akan Anda dapatkan di tempat lain.

Tana Toraja merupakan salah satu tempat konservasi peradaban budaya Proto Melayu Austronesia yang masih terawat hingga kini, sehingga pemerintah Indonesia mengajukan kawasan wisata di Sulawesi Selatan ini ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Budaya Dunia sejak 2009.

Keeksotisan Tana Toraja ini telah banyak mengundang wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung. Keunikan adat istiadat masyarakat Tana Toraja yang sangat menjaga tradisi para leluhur inilah yang membuat para wisatawan antusiasme berkunjung ke tempat yang terkenal dengan upacara pemakaman Rambu Solo dan tradisi mengganti pakaian jenasah leluhur Ma’ Nene yang berlangsung tiga tahun sekali ini.

Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa adat istiadat harus selalu dipelihara, karena jika tidak maka dapat mempersulit kehidupan mereka yang telah dibangun sejak zaman nenek moyang. Meski memiliki kelimpahan sumber daya alam seperti kopi, masyarakat Tana Toraja juga menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan, karena mereka meyakini bahwa hidup adalah untuk mempersiapkan kematian.

Jadi tak lengkap rasanya, jika tidak mengunjungi situs pemakaman tradisional masyarakat Toraja yang berada di atas bukit batu. Selain itu, ada juga tempat pemakaman bayi yang belum tumbuh gigi, yang ditempatkan di sebuah batang pohon.

Jangan lewatkan juga, untuk mengunjungi tempat pengolahan dan mencicipi kenikmatan kopi Toraja yang sudah sangat terkenal.

Sebagai referensi bagi anda untuk menikmati liburan ke Tana Toraja, di bulan Desember Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara mengadakan program tahunan "Lovely December" guna meningkatkan kunjungan wisatawan.

Untuk tahun 2014, bambu menjadi tema sentral kegiatan, mulai dari pentas seni hingga fasilitas pendukung lainya menggunakan bambu, sehingga tema yang diangkat adalah "I Love Bamboo".




Foto: Google
Sumber: Tribunnews

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Disambut tarian Pa' Gellu' Toraja yang dimainkan anak-anak.
Langit sudah gelap ketika mobil-mobil Terios kami memasuki daerah Toraja. Mobil dibelokan ke sebuah jalan gelap kecil tanpa penerangan, perlahan-lahan menaiki sebuah jalan berbatu. Tak lama, kami memasuki perkampungan dengan rumah-rumah adat berbentuk panggung dengan atap yang berbentuk trapesium, dan dihiasi oleh tanduk-tanduk kerbau yang berbeda jumlahnya tiap rumah.

Membayangkan masuk ke perkampungan megalitik yang tak jauh dari kuburan-kuburan batu, bulu kuduk saya rasa-rasanya sudah berdiri sejak masuk wilayah Toraja. Namun, semuanya sirna ketika anak-anak kecil Toraja menyambut kami dengan orkestra alat musik bambu. Mereka lucu sekali! Dengan wajah- wajah lugunya, murid-murid sekolah dasar ini dengan apik memainkan alat musik bambu khas Toraja ini.

Sambil menikmati alunan musik bambu Toraja dan tarian Pa'Gellu' yang dimainkan anak-anak, kami disuguhi kuliner-kuliner khas Toraja seperti Pa'Piong, pamarrassan, sambal katokkon, dan tentu saja kopi Toraja.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Alunan musik bambu khas Toraja.
Pa'piong adalah daging yang dibumbui rempah dan dibakar di dalam batang bambu muda. Rasanya mirip seperti pepes. Sedangkan pamarrassan adalah masakan dari buah pangi, mirip rawon dengan kuah kental seperti rendang. Semuanya PEDAS. Dan yang paling bikin bibir saya meleleh adalah si sambal katokkon. Dibuat dengan cabai paling pedas senusantara: Lada Katokkon. Sumpah, saya tidak akan makan cabai ini lagi kecuali hadiahnya mobil terios. *bhik*

Setelah pentas tari Pa'Gellu' selesai, kamipun ikut menyelesaikan makan malam kami yang penuh peluh karena lada katokkon. Dan scene horror pun segera mulai, karena kami akan bermalam disini. Di rumah-rumah Toraja, Tongkonan.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Pa’piong dan sambal Katokkon.
Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Lada Kattokkon, cabe yang saya nobatkan paling pedas se-nusantara.
Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Memasuki kawasan Tongkonan.
Bangunan Tongkonan punya beberapa tipe. Ada yang sebagai rumah tinggal, juga ada yang sebagai lumbung padi. Kami disuruh memilih untuk menginap dimana. Bisa di rumah tinggal khusus tamu, atau di bawah lumbung padi. Jika di lumbung padi, sebetulnya kita akan kemping karena hanya tidur dengan dinding yang dibentuk oleh kain yang menyangga keempat buat tiang lumbung. Karena ini adalah dataran tinggi, saya memilih  untuk tidur di dalam rumah Tongkonan.

Tentu saja saya memastikan bahwa urusan toilet sudah selesai saat tidur. Karena di ruang tamu tetangga sebelah ada jenazah yang belum dikuburkan sebab belum bisa melaksanakan upacara Rambu Solo’. Sebuah upacara untuk mengantarkan jenazah ke alam sana, dengan bantuan ‘kendaraan’ para kerbau yang disembelih. Bukan kerbau biasa pula, harus kerbau belang dengan tanduk panjang, Tedong Saleko. Harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah membuat beberapa masyarakat Toraja yang belum mampu menyembelih.

Toraja adalah salah satu destinasi wisata heritage di Sulawesi. Banyak kuburan disini yang unik-unik seperti Londa, kuburan orang Toraja yang berupa goa. Jenazah yang sudah diawetkan ditaruh saja di dalam peti tanpa dikubur.

Tak jauh dari Londa, makam untuk orang dewasa dan para bangsawan, di kawasan Kambira juga terdapat makam para bayi. Namun bayi-bayi ini tidak ditaruh begitu saja di dalam gua, melainkan dikubur. Dikubur di dalam pohon. Pohon besar bernama pohon Tarra' atau pohon cempeda dilubangi dengan bentuk kotak, kemudian bayi diletakan disana dan ditutup dengan alang-alang atau serat pohon enau. Bayi yang boleh dikubur dengan cara ini adalah bayi yang belum tumbuh gigi.

Filosofinya, bayi yang dikubur ini akan tumbuh bersama orang tua barunya di alam sana, yaitu pohon tersebut. Terlihat bekas kuburan bayi yang sudah lama di batang bagian atas, sudah menyatu dengan pohon. Tak lagi  terlihat seperti kuburan, hanya menjadi pohon biasa.

Toraja memang unik. Walaupun sekarang sebagian besar sudah menganut agama samawi, namun praktek-praktek annimisme masih dilakukan. Saya berharap supaya mereka bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang kurang baik bagi kehidupan mereka saat ini.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Terios 7 Wonders, parkir di kawasan Tongkonan.


Naskah dan Foto: Wira Nurmansyah

Sumber: wiranurmansyah.com | Wira Nurmansyah - Indonesia Travel & Photography Journal