Showing posts with label Tour Toraja. Show all posts
Showing posts with label Tour Toraja. Show all posts

Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Mengunjungi Toraja tak melulu hanya disuguhi wisata kuburan dan ritual pemakaman yang unik (Rambu Solo), pesona bentang alam Toraja juga punya daya tarik tersendiri. Daerah dataran tinggi di jantung pulau Sulawesi ini mampu memanjakan mata dengan pemandangan alam nan eksotik. Sebut saja bentang hijau areal persawahan, barisan pegunungan serta hutan yang masih terjaga, dinginnya udara yang menyejukkan rongga pernafasan berpadu dengan senandung budaya diatas awan yang membuai.

Di Toraja, di desa-desanya, imajinasi leluasa keluar dari ruang mimpi. Bebas dan dalam, tanpa mengenal pembatasan. Tidak terkekang oleh kemasan. Pedesaan Toraja secara lugu hadir tak mengenal keraguan. Meski tuntutan bersolek untuk memikat para wisatawan dan memulihkan pamornya sebagai destinasi wisata terus menggeliat beberapa tahun belakangan. Toraja seolah tak ingin ketinggalan dengan geliat pariwisata yang tengah gencar-gencarnya diadakan pihak pemerintah. Namun Toraja masih menggengam teguh kearifan lokal sebagai jatidirinya...

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
Harmoni alam dan budaya di pelataran Tongkonan. Salah satu potret pesona Toraja yang menanti anda dalam Toraja Marathon 2016. Sumber Foto

Eeeh kok malah melebar, memang sih untuk membahas tentang Toraja seakan tak ada habisnya. Kembali ke judul dan membahas alasan mengapa kita harus ke Toraja pada bulan Agustus tahun ini, buat kamu para traveler, bersiaplah mengepak barang dan memesan tiket pesawat ke Toraja di bulan Agustus! karena pada bulan tersebut akan diadakan Toraja Marathon 2016!

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Toraja Marathon 2016
“Toraja Marathon akan diselenggarakan untuk pertama kali di bulan Agustus 2016. Bagi masyarakat Toraja ini adalah event olah raga tahunan pertama yang akan memetakan Toraja di agenda olah raga lari di Indonesia dan suatu saat, dunia. Bagi kami pencinta olah raga lari, Toraja Marathon adalah tantangan. Sudah lama kami melihat Toraja baik dari jauh maupun dari dekat. Ini tahun 2016. Waktu dimana tantangan berlari mengagungi alam cipataanNya berjuluk Toraja menjadi pencapaian tersendiri.”

Tentang kategori Toraja Marathon 2016 kalian bisa melihat langsung pada situs Toraja Marathon (klik disini)

Melalui ajang Toraja Marathon 2016, Toraja mengumumkan bagi seluruh traveler di Indonesia maupun luar negeri untuk berkunjung. Ini adalah event sport tourism pertama yang diadakan oleh Toraja. Meski begitu, Toraja tak tanggung-tanggung dalam mempersiapkannya. Dari segala aspek diperhatikan secara teliti. Bahkan khusus untuk para traveler dari luar pulau dan luar negeri, akan dimanjakan dengan disediakannya paket akomodasi dan transportasi.

Melalui situs resmi Toraja Marathon, ada beberapa jenis paket yang disediakan sebagai berikut:

Exotica Toraja Package for Toraja Marathon:

1. Intercity Bus / Coach Bus Makassar-Toraja (Return) Rp 550.000 / person

2. Budget Package

Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Accomodation Hostel / Homestay + Breakfast

2 Nights Basic Package Rp 1.400.000 / person
3 Nights Basic Package Rp 1.700.000 / person
(Price based on twin share room)

3. Comfort Package

Airfare Ticket (Jkt – Makassar) Return + Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Transportation in Toraja (sharing ELF 8 seater car) + Accomodation (hotel bintang 1 dan bintang 2) + Breakfast

2 Nights Executive Package Rp 3.800.000 / person
3 Nights Executive Package Rp 4.200.000 / person
(Price based on twin share room)

4. Executive Package

Airfare Ticket Garuda Airline ( Jkt – Makassar) Return + VIP Intercity Bus Makassar – Toraja (Return) + Transportation in Toraja (private rental car) and Accomodation (Hotel bintang 4) + Breakfast

2 Nights VIP Package Rp 6.400.000 / person
3 Nights VIP Package Rp 7.600.000 / person
(Price based on twin share room)

For bookings, further info and contact: Klik Here

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
You can never avoid this kind of view when you run in Toraja Marathon 2016. Photo by: @endyallorante

Toraja marathon akan diselenggarakan pada tanggal 13 Agustus, 2016. Pendaftaran dibuka pada tanggal 20 Maret, 2016. Kuota sangat terbatas dan sebaiknya anda tidak ketinggalan momen seru ini...!


Ayo mendaftar karena ini kesempatan menarik menjelajah dan mengenal Toraja lebih dekat!



Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini

Toraja Marathon 2016, Ayo Ke Toraja Bulan Agustus Tahun Ini
Harmoni alam dan budaya di pelataran Tongkonan. Salah satu potret pesona Toraja yang menanti anda dalam Toraja Marathon 2016. Sumber Foto


Semoga Bermanfaat... :)

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja
Ayo ikut Voting Online logo Toraja... :)
"Vote for Toraja Branding, Toraja Tourism Destination." Gambar: |@TorajaParadise

Branding Toraja, destinasi di Sulawesi Selatan, akan melibatkan masyarakat luas melalui pemilihan logo dan tagline baik secara offline maupun online. Baik orang Toraja, pemerhati pariwisata dan pelancong dalam serta luar negeri, dihimbau untuk berpartisipasi dalam online voting yang diselenggarakan pada 16-24 April 2015.

Promosi mengenai online voting dilakukan melalui tiga akun sosial media Toraja, yaitu: Facebook Fan Page Visit Toraja, Twitter @VisitToraja dan Instagram @visittoraja.

Toraja merupakan salah satu destinasi pilihan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang didukung oleh Swisscontact, selain Tanjung Puting, Wakatobi dan Flores. Keempat destinasi ini merupakan bagian dari rencana Kemenpar untuk mendukung pariwisata di 15 destinasi prioritas di Indonesia melalui pengembangan organisasi tata kelola destinasi atau Destination Management Organization (DMO).

Salah satu fokus utama DMO adalah meningkatkan kesadaran mengenai destinasi melalui pemasaran. Dengan mengembangkan citra yang unik, hal ini tidak hanya dapat membantu menyatukan para pemangku kepentingan, tetapi juga mencitrakan destinasi agar dapat dikenali di pasar pariwisata. Melalui pengelolaan yang tepat dari destinasi, industri pariwisata diyakini dapat mendorong perekonomian dan lingkungan seiring dengan memfasilitasi kemajuan sosial lebih lanjut.

Pengembangan itu diwujudkan oleh Kemenpar, bekerja sama dengan Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) dan Swisscontact, yaitu organisasi pengembangan dari Swiss dengan lebih dari 40 tahun pengalaman di Indonesia.

Toraja sendiri dikenal sebagai salah satu tempat terindah di Indonesia yang menyimpan daya magis dalam kulturnya. Pesonanya terkuak ketika tengkorak-tengkorak manusia menunjukan kemisteriusannya, juga puluhan kerbau dan babi yang pasrah disembelih untuk upacara kematian demi sebuah ritus ‘Orang Mati yang Hidup’ .

Di sinilah Anda dapat melihat situs makam pahat di Lemo, makam goa purba di Londa, menhir di Rante Karassik, dan perkampungan Kete Kesu unik. Semuanya terpeliharanya dalam bingkai adat budaya karena masyarakatnya sangat menghormati leluhur dengan tetap menjaga eksistensi pekuburannya.

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja
Banner voting logo Toraja melalui Visit Toraja. Gambar: IndTravel

Mengapa Mencitrakan Toraja

Saat ini, industri pariwisata telah bergeser. Pengunjung memiliki daya pilih untuk menentukan tujuan wisata yang cocok dengan persepsi dan keinginan mereka. Oleh karenanya, sebuah tujuan wisata tidak bisa bergantung hanya pada penjualan produk mereka saja seperti objek wisata, budaya, produk lokal, dan sebagainya, tetapi harus juga mampu menawarkan berbagai fitur menarik pariwisata secara efektif yang terpadu ke dalam sebuah strategi pemasaran untuk meningkatkan lebih banyak pengunjung.

Toraja telah dipromosikan secara provokatif sebagai sebuah tujuan wisata yang mungkin paling membuat penasaran, yang dianggap lebih terpencil, alternatif wisata yang masih lestari selain Bali, dan lebih mendasar lagi, sebagai sebuah alternatif untuk para pengunjung yang notabene bersudut pandang duniawi, seperti dunia Barat yang cukup sekuler.

Disaksikan sebagai potensi baru tempat wisata, Kementerian Pariwisata Indonesia menyatakan Tana Toraja sebagai tujuan pariwisata utama baru setelah Bali. Terdapat pembangunan besar-besaran hotel, restoran, infrastruktur (jalan) dan bandara baru (dibuka tahun 1981) untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah pengunjung.

Dengan semua potensi dan sumber daya yang ada industri pariwisata dan pemangku kepentingan pariwisata telah membentuk Tana Toraja, sebagai presentasi dari budaya eksotis dan tujuan wisata yang jauh dari mana-mana: tujuan wisata yang menawarkan upacara pemakaman pagan dan desa-desa sejak zaman batu, dilengkapi dengan pemandangan sawah dan pegunungan. Para pengunjung telah diberi kesempatan untuk berada secara dekat dengan beberapa versi dari: yang Lain, yang Eksotis, dan yang Primitif. Wisatawan dari sebagian besar negara lain cenderung menganggap Toraja sebagai tempat ritual, khususnya sebagai tempat pemakaman. Pada bagian ini secara kebetulan, untuk ritual tradisional kematian Toraja terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, setelah panen, cocok sekali sesuai dengan kalender liburan orang Barat; dan untuk berbagai macam alasan sejarah dan budaya, Toraja sangat menekankan upacara kematian.

Seiring dengan berjalannya waktu, Tana Toraja telah mengalami banyak pasang surut dalam industri pariwisata. Beberapa insiden penting telah membentuk industri pariwisata di Toraja saat ini: bom Bali (2002 dan 2005), dan permusuhan etnis serta agama di Luwuk yang juga dianggap sebagai salah satu klan Toraja. Jumlah pengunjung menurun dan butuh beberapa saat (hampir 10 tahun) untuk pulih meskipun tidak sebagus masa-masa kejayaan di tahun 80 dan 90-an. Runtuhnya industri pariwisata telah mengakibatkan masyarakat mencari altenatif untuk mata pencaharian seperti bekerja sebagai pendatang di kota-kota besar, di mana Jakarta, Balikpapan atau Jayapura terpilih menjadi tempat untuk menetap.

Pembangunan ekonomi dan pariwisata yang tidak berkelanjutan telah mengubah masyarakat Toraja menjadi yang sekarang. Sebagai kawasan wisata berbasis budaya, tradisi dan ritual secara perlahan berubah dan mengalami banyak gangguan yang membuatnya kurang, dari segi orisinalitas.

Terlepas dari tantangan dalam pariwisata Toraja seperti susahnya aksesibilitas, biaya liburan yang kurang menarik, atau identitas yang disalahartikan, Toraja masih memiliki banyak peluang untuk menjejakkan kaki di peta kepariwisataaan Indonesia serta dunia. Tempat wisata yang begitu agung, atraksi yang unik dan sisa-sisa kejayaan masa lalu Toraja adalah aset berharga bagi pariwisata. Pasar lokal yang besar yang belum tersentuh dan meningkatnya jumlah wisatawan global akan menjadi gerbang pembuka bagi Toraja untuk kembali ke pasar pariwisata global.

Toraja selalu diartikan sebagai dua kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara yang mana pembagian seperti itu malah menciptakan persepsi bahwa itu adalah dua tujuan wisata yang terpisah. Sedangkan, sebenarnya mereka memiliki ciri-ciri budaya dan etnis yang sama, pemisahan semacam itu justru dapat merugikan posisi tawar di industri pariwisata. Dengan demikian, pencitraan Toraja sebagai satu daerah pariwisata akan meningkatkan daya saing Toraja di pasaran.

Akhirnya, identitas kompetitif Toraja membuatnya khas dan membedakannya dari tujuan wisata lainnya. Melalui pencitraan, diharapkan persepsi pengunjung tentang Toraja akan meningkatkan lebih baik dan pada akhirnya akan selalu hidup di mata pemangku kepentingan internal dan pengunjung potensial serta pelanggan.

Di mana kita sekarang

Toraja DMO dengan dukungan dari Swisscontact WISATA telah memulai proses pencitraan Toraja dan melakukan penilaian yang diperlukan secara mendesak sejak semester ke-2 tahun 2014. Penilaian yang dilakukan pada tahun yang sama membawa kepada pembentukan kelompok kerja lokal (Pokja) yang bertugas mengawal proses pencitraan secara keseluruhan. Anggota-angota dari Pokja mencerminkan perwakilan dari pemerintah daerah kabupaten, pelaku industri pariwisata, akademisi, budayawan, tokoh tetua adat, organisasi pemuda, kelompok agama, sekolah dan masih banyak lainnya dari Toraja.

Di bulan-bulan terakhir 2014, Pokja memulai sebuah inisiatif dengan membentuk visi dan misi dan arah tentang bagaimana dan ke mana destinasi ini akan berlayar. Pencarian sebuah perusahaan profesional yang akan membantu mendukung proses pencitraan dilakukan, kemudian disusul dengan terpilihnya agen pencitraan berbasis di Jakarta tersebut pada November 2014.

Pada Januari 2015, Toraja DMO mengkoordinasikan kunjungan lapangan yang berisi beberapa acara pertemuan diskusi intensif dan penilaian antara agen pencitraan terpilih dan perwakilan pemain industri pariwisata, pakar dan akademisi, tokoh tetua adat, organisasi pemuda dan keagamaan. Data yang diambil dari kunjungan itu kemudian digunakan untuk mengembangkan sebuah rekomendasi yang mengusulkan posisi dan konsep pencitraan serta perencanaan kampanye strategis untuk destinasi.

Rancangan tampilan berupa gambar grafis untuk pencitraan, telah ditindaklanjuti di bulan Februari dan Maret diikuti dengan berbagai diskusi internal di antara anggota Pokja tentang gambar grafis yang diusulkan. Tiga Logo dan satu slogan sekarang siap untuk diseleksi oleh masyarakat Toraja yang akan menentukan satu logo dan satu slogan yang dianggap paling tepat mewakili Toraja.

Masyarakat Toraja dan mereka yang memiliki minat tentang Toraja dipersilakan untuk secara aktif mendukung pemilihan melalui kegiatan sosialisasi dan voting online yang dijadwalkan pada minggu ketiga bulan April 2015 dengan pengumuman hasil akhir yang dijadwalkan pada akhir bulan April 2015.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Toraja DMO
Jl. Veteran No. 1 Makale, Tana Toraja
Sulawesi Selatan 91811
Telepon: +62 (423) 26462

Untuk melakukan voting secara Online silahkan kunjungi situs Visit Toraja (klik disini)

Berikut adalah logo yang terlampir dalam situs Visit Toraja:

Semua logo yang diusulkan menggunakan slogan yang sama: Discover the Sacred Highland, Temukan tanah tinggi yang suci. Kata-kata tersebut dipilih untuk memberi rasa dan kesan unik:
  • Discover/Temukan – Kata aktif, menyiratkan bahwa di wisata Toraja mengajak keterlibatan dari pengunjung untuk mendapatkan pengalaman yang istimewa.
  • Highland/Tanah Tinggi – Menunjukkan identitas Toraja sebagai tanah tinggi.
  • Sacred/Suci – Tempat yang sakral, merujuk pada kebudayaan Toraja yang agung dengan bangsawan/leluhur yang turun langsung dari langit.


Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja

Visit Toraja: Ayo Ikut Online Voting Logo Toraja



Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Disambut tarian Pa' Gellu' Toraja yang dimainkan anak-anak.
Langit sudah gelap ketika mobil-mobil Terios kami memasuki daerah Toraja. Mobil dibelokan ke sebuah jalan gelap kecil tanpa penerangan, perlahan-lahan menaiki sebuah jalan berbatu. Tak lama, kami memasuki perkampungan dengan rumah-rumah adat berbentuk panggung dengan atap yang berbentuk trapesium, dan dihiasi oleh tanduk-tanduk kerbau yang berbeda jumlahnya tiap rumah.

Membayangkan masuk ke perkampungan megalitik yang tak jauh dari kuburan-kuburan batu, bulu kuduk saya rasa-rasanya sudah berdiri sejak masuk wilayah Toraja. Namun, semuanya sirna ketika anak-anak kecil Toraja menyambut kami dengan orkestra alat musik bambu. Mereka lucu sekali! Dengan wajah- wajah lugunya, murid-murid sekolah dasar ini dengan apik memainkan alat musik bambu khas Toraja ini.

Sambil menikmati alunan musik bambu Toraja dan tarian Pa'Gellu' yang dimainkan anak-anak, kami disuguhi kuliner-kuliner khas Toraja seperti Pa'Piong, pamarrassan, sambal katokkon, dan tentu saja kopi Toraja.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Alunan musik bambu khas Toraja.
Pa'piong adalah daging yang dibumbui rempah dan dibakar di dalam batang bambu muda. Rasanya mirip seperti pepes. Sedangkan pamarrassan adalah masakan dari buah pangi, mirip rawon dengan kuah kental seperti rendang. Semuanya PEDAS. Dan yang paling bikin bibir saya meleleh adalah si sambal katokkon. Dibuat dengan cabai paling pedas senusantara: Lada Katokkon. Sumpah, saya tidak akan makan cabai ini lagi kecuali hadiahnya mobil terios. *bhik*

Setelah pentas tari Pa'Gellu' selesai, kamipun ikut menyelesaikan makan malam kami yang penuh peluh karena lada katokkon. Dan scene horror pun segera mulai, karena kami akan bermalam disini. Di rumah-rumah Toraja, Tongkonan.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Pa’piong dan sambal Katokkon.
Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Lada Kattokkon, cabe yang saya nobatkan paling pedas se-nusantara.
Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Memasuki kawasan Tongkonan.
Bangunan Tongkonan punya beberapa tipe. Ada yang sebagai rumah tinggal, juga ada yang sebagai lumbung padi. Kami disuruh memilih untuk menginap dimana. Bisa di rumah tinggal khusus tamu, atau di bawah lumbung padi. Jika di lumbung padi, sebetulnya kita akan kemping karena hanya tidur dengan dinding yang dibentuk oleh kain yang menyangga keempat buat tiang lumbung. Karena ini adalah dataran tinggi, saya memilih  untuk tidur di dalam rumah Tongkonan.

Tentu saja saya memastikan bahwa urusan toilet sudah selesai saat tidur. Karena di ruang tamu tetangga sebelah ada jenazah yang belum dikuburkan sebab belum bisa melaksanakan upacara Rambu Solo’. Sebuah upacara untuk mengantarkan jenazah ke alam sana, dengan bantuan ‘kendaraan’ para kerbau yang disembelih. Bukan kerbau biasa pula, harus kerbau belang dengan tanduk panjang, Tedong Saleko. Harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah membuat beberapa masyarakat Toraja yang belum mampu menyembelih.

Toraja adalah salah satu destinasi wisata heritage di Sulawesi. Banyak kuburan disini yang unik-unik seperti Londa, kuburan orang Toraja yang berupa goa. Jenazah yang sudah diawetkan ditaruh saja di dalam peti tanpa dikubur.

Tak jauh dari Londa, makam untuk orang dewasa dan para bangsawan, di kawasan Kambira juga terdapat makam para bayi. Namun bayi-bayi ini tidak ditaruh begitu saja di dalam gua, melainkan dikubur. Dikubur di dalam pohon. Pohon besar bernama pohon Tarra' atau pohon cempeda dilubangi dengan bentuk kotak, kemudian bayi diletakan disana dan ditutup dengan alang-alang atau serat pohon enau. Bayi yang boleh dikubur dengan cara ini adalah bayi yang belum tumbuh gigi.

Filosofinya, bayi yang dikubur ini akan tumbuh bersama orang tua barunya di alam sana, yaitu pohon tersebut. Terlihat bekas kuburan bayi yang sudah lama di batang bagian atas, sudah menyatu dengan pohon. Tak lagi  terlihat seperti kuburan, hanya menjadi pohon biasa.

Toraja memang unik. Walaupun sekarang sebagian besar sudah menganut agama samawi, namun praktek-praktek annimisme masih dilakukan. Saya berharap supaya mereka bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang kurang baik bagi kehidupan mereka saat ini.

Wira Nurmansyah: Lebih dekat dengan Toraja - Travel Story
Terios 7 Wonders, parkir di kawasan Tongkonan.


Naskah dan Foto: Wira Nurmansyah

Sumber: wiranurmansyah.com | Wira Nurmansyah - Indonesia Travel & Photography Journal

Memilih Waktu Terbaik Berkunjung ke Toraja

Memilih Waktu Terbaik Berkunjung ke Toraja
Memilih Waktu Terbaik Berkunjung ke Toraja
Seorang Wisatawan mancanegara berpose di depan rumah adat Tongkonan,
Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Foto: ist
Delapan jam menempuh perjalanan darat yang berkelok-kelok dari Makassar terbayar lunas setelah kamu sampai di Tana Toraja. Lembah pegunungan berlimpah budaya yang dihuni suku Toraja itu sungguh destinasi dalam negeri yang pantang dilewatkan.

Pengen mengeksplor Toraja? Baca dulu informasi tentang waktu liburan terbaik ke sana.

Musim potong padi di Tana Toraja biasa berlangsung pada Juni dan Juli. Selanjutnya pada Agustus sampai Oktober, ada banyak upacara penguburan yang menarik ditonton. Itu sebabnya, antara Juni dan Oktober dinobatkan sebagai bulan terbaik liburan ke Tana Toraja.

Kalau kamu termasuk pehobi fotografi yang ingin menangkap panorama Tana Toraja saat sawah-sawah sedang menguning maka datang lebih awal, yakni bulan April atau Mei. Adapun, selepas Oktober cuaca di kawasan tersebut mulai hujan.

Nah, kalau wisatawan asal Prancis biasa membanjiri Tana Toraja di bulan Agustus. Mereka menyebut Agustus sebagai the month of ceremony di Tana Toraja. Di bulan tersebut, tarian dan kesenian banyak ditampilkan di desa-desa sekitar Tana Toraja. Selain untuk upacara juga untuk menyambut Hari Proklamasi 17 Agustus. Lumayan deh, dapet tontonan gratis. Dan, kebetulan juga, Agustus adalah musim liburan di Prancis.

Selain musim terbaik, Juni sampai Oktober juga padat wisatawan. Ada banyak masyarakat urban asal Tana Toraja yang pulang mudik untuk menghadiri upacara adat penguburan keluarga mereka. Sebab waktunya juga bersamaan dengan libur anak sekolah, sehingga mereka bisa ikut mengambil cuti dan kembali ke kampung.

Kalau kamu tergolong wisatawan yang anti mainstream, kamu bisa pergi di luar periode tersebut. Tapi inget, konsekuensinya gak banyak upacara adat yang bisa kamu saksikan. Padahal, Toraja itu terkenal banget sama upacaranya.

Sumber: Wego

Penjelajahan Avanza ke “Negeri Tengkorak”

Tana Toraja
Avanzanation Journey wilayah Timur berpose di desa Kete Kesu, Toraja, Sulawesi Selatan.
Toraja, – Perjalanan melelahkan sejauh 420 km dari Mamuju, Sulawesi Barat, menuju Toraja, Sulawesi Selatan, terbayar lunas. Tepat pukul 00.00 WIT, Jumat (21/2/2014), Avanzanation Journey wilayah Timur berhasil menyentuh kawasan pegunungan bagian Utara di Sulawesi Selatan.

Menuju lokasi, rombongan memutuskan melewati jalur Trans Sulawesi, rute ini sudah lama dikeluhkan masyarakat sebab kondisi buruk infrastuktur dan permukaan jalan yang tidak layak. Perbaikan dan pembangunan masih dalam tahap proses, beberapa kali tim melintasi jembatan yang sedang diperbaiki. 

Tidak hanya menjadi ranah pengujian Avanza pada kondisi sebenarnya, tantangan ini juga menantang kemampuan fisik tim sebagai penumpang. Namun itu semua bisa dilewati dengan baik tanpa halangan, berkat modal ground clearence tinggi dan performa suspensi yang mumpuni.

photo of kete kesu
Our best photo of kete kesu, and the fun with velozity community #AvanzantionJourney
Tana Toraja
Rasa sumringah kembali datang di pagi hari usai melepas lelah. Perjalanan penuh semangat berlanjut, agenda hari ini mengekplorasi budaya Toraja yang sudah tersohor ke seluruh dunia. 

Menurut mitos dan kepercayaan yang berkembang, suku Toraja sekarang merupakan kaum pendatang, sedangkan daerah yang mereka tinggali disebut Tana Toraja.

Destinasi pertama mengunjungi salah satu lokasi primadona wisata Sulsel, patung Lakipadada yang terletak tengah danau Makale. Cerita di balik ikonis Toraja ini memiliki banyak versi. 

Konon, Lakipadada adalah bangsawan Tana Toraja yang merantau mencari mustika hidup abadi setelah berduka ditinggal saudara perempuannya.

Tana Toraja merupakan perpaduan antara agama, adat istiadat, seni dan budaya, yang berjalan selaras. Nama lain yang sering disebutkan adalah “Negeri Tengkorak”, sebab berkunjung ke Toraja mirip melayat ke makam. Masyarakatnya tidak menguburkan jenazah di dalam tanah, tapi di batu.

Kubur Londa Tana Toraja
Saat ini #Timindotimur melakukan wisata ke taman makam LONDA. Tempat ini merupakan pemakaman tokoh/masyarakat sekitar toraja, semakin tinggi derajat tokoh ini, maka di makamkan semakin tinggi. Di dalam goa, juga terdapat tengkorak pasangan yang meninggal krn tdk direstui keluarga. Sering disebut tengkorak Romeo Juliet. #AvanzanationJourney
Taman Makam Londa
Lokasi kedua mendatangi taman makam Londa. Disini bisa terlihat “keharmonisan” masyarakat setempat dengan manusia yang sudah meninggal. Kuburan terletak di dalam dan di luar bebatuan curam, seluruh peti-peti mayat diatur sesuai garis keluarga dan statusnya semasa hidup. 

Menariknya, ada tengkorak yang sengaja diletakan bersebelahan dalam satu liang. Penduduk lokal mengatakan mereka berpasangan namun tidak direstui keluarga.

Objek wisata lain yang tidak kalah memesona, Desa Kete Kesu, yang berada 4 km di bagian Tenggara Rantepao. Di sana bisa ditemukan berbagai peninggalan purbakala berupa kuburan batu, hampir semua diletakan menggantung di tebing atau gua.

Seluruh pembelajaran akan selalu diingat, Indonesia kaya dan punya nilai budaya tinggi. Tidak terasa ekspedisi Sulawesi tiba di penghujung, Makassar akan menjadi kota terakhir sebelum Avanzanation Journey menyebrang ke pulau selanjutnya.

Ini suasana pagi #teamindotimur di Tana Toraja Sob. Indah banget ya #AvanzanationJourney