“Tidaklah lengkap perjalanan wisata Anda ke Toraja, jika tidak menginjakkan kaki di Batutumonga.”
Batutumonga, Senandung Budaya di Atas Awan |
Itu pernyataan yang saya dengar dari Ibu Nelsi, wisatawan asal Probolinggo, Jawa Timur, yang kebetulan bertemu di sebuah coffee shop di daerah Tinimbayo, sebuah tempat yang diibaratkan sebagai pintu gerbangnya kawasan wisata alam, Batutumonga, beberapa waktu lalu. Ibu Nelsi ini datang bersama rombongan yang berjumlah enam orang (dua diantaranya orang Toraja yang kebetulan tinggal di Probolinggo), untuk menghabiskan waktu liburan selama seminggu di Toraja.
“Kami menggunakan mobil pribadi dari Makassar dan sudah melewati banyak tempat indah di Tator dan Toraja Utara, tetapi tidak lengkap memang kalau tidak mengunjungi tempat ini (Batutumonga-red). Teman saya benar, memang tidak lengkap kalau tidak mengunjungi Batutumonga kalau kita ke Toraja,” urai Ibu Nelsi, yang mengaku sudah tiga hari berada di Rantepao, untuk mengikuti acara Rambu Solo’ (upacara kematian) ibu dari salah satu sahabatnya.
Bentang alam pegunungan Toraja dilihat dari Batutumonga. |
Pernyataan ibu dua anak, yang mengaku memiliki home industry batik ini, memang ada benarnya. Selain kawasan Pango-Pango, yang baru mau dibuka oleh pemerintah kabupaten Tana Toraja, kawasan Batutumonga ini memang merupakan tempat terindah di Toraja Utara. Dari tempat ini, hampir semua hal yang didambakan para turis, bisa terpenuhi. Mulai alamnya yang indah, kombinasi antara gunung, bukit, lembah yang dibalut kabut, dan panorama sawah yang bertingkat-tingkat, serta keramahan penduduk setempat. Untuk mengetahui sejarah atau teknis pembuatan makam dari batu, yang merupakan tradisi orang Toraja, ahlinya ada di tempat ini. Lempo, yang merupakan salah satu daerah di kawasan Batutumonga, merupakan tempat asal banyak ahli pemahat kuburan batu ini. Jika ingin melihat komplek rumah adat Toraja (Tongkonan) beserta belasan lumbung padi yang berada di depannya, di kawasan Batutumonga ini juga menyediakannya. Mulai dari Lempo, sampai Lo’ko’ Mata, terlihat banyak deretan Tongkonan plus lumbung padinya.
Selain itu, di kawasan ini juga biasa digelar upacara adat kematian dalam skala besar, dengan menyembelih banyak hewan kurban, dan melibatkan orang dalam jumlah besar. Pengrajin ukiran Toraja juga banyak terdapat di tempat ini. Letaknya yang tepat di kaki gunung Sesean, memungkinkan Batutumonga menjadi tempat homebase untuk para turis yang gemar mendaki gunung. Dari tempat ini, seluruh hamparan wilayah mulai dari Sa’dan, Sesean, Tondon, Tallunglipu, Rantepao, hingga daerah Sanggalangi bisa terlihat dengan jelas.
Lubang-lubang makam yang dipahat pada batu, Loko Mata. |
Jarak Batutumonga dari Rantepao, sebagai destinasi utama pariwisata Toraja, cukup jauh, sekitar 20 kilometer. Untuk mencapai tempat ini, banyak alternatif transportasi yang bisa digunakan. Angkutan pedesaan, dari dan ke Batutumonga cukup lancar setiap hari. Rental mobil atau sepeda motor juga cukup banyak tersedia di kota Rantepao dan cukup murah. Para penggemar sepeda bisa menggunakan sepeda sambil menikmati pemandangan maha indah di sisi kiri dan kanan jalan, mulai dari Rantepao hingga ke Batutumonga. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, kondisi jalan menuju ke Batutumonga cukup buruk, sehingga sangat mengganggu kenyamanan para pengunjung. Lubang-lubang besar tampak menganga di sepanjang jalan. Lubang-lubang ini berubah menjadi kolam-kolam kecil saat hujan.
Pada hal, sebelum sampai ke tujuan utama, Batutumonga, banyak hal yang bisa dinikmati, baik pemandangan alam, kuburan-kuburan batu, yang banyak terdapat di sisi kiri dan kanan jalan, hamparan areal persawahan di sisi bukit, atau aliran sungai Sa’dan yang berkelok mengikuti kemiringan lereng. “Ya, satu kekurangannya, jalannya jelek sekali, semua badan sakit karena mobil goyang sekali di jalan tadi,” keluh Ibu Nelsi. “Padahal kita sekali nyaman menikmati perjalanan sehingga tidak kelelahan saat pulang,” sambungnya.
Soal fasilitas, di tempat ini cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Hotel dan homestay, cukup banyak tersedia di tempat ini. Tarifnya juga cukup variatif dan terjangkau. Di tempat ini juga tersedia coffee shop untuk para penikmat kopi, sambil menikmati ciptaan Tuhan yang Maha Indah itu. Souvenir dan oleh-oleh khas Toraja, juga tersedia. Sayangnya di tempat ini tidak tersedia tempat hiburan, sehingga tempat ini hanya cocok untuk orang-orang yang menginginkan suasana sepi untuk melepas kepenatan dari setumpuk aktivitas harian di kota.
Kafe Tinimbayo, tempat menikmati kopi Toraja dan pemandangan di Batutumonga. |
Jika Anda ingin menginap di Batutumonga dan menghabiskan waktu liburan atau akhir pekan, memang tidak banyak yang bisa diperbuat di Batutumonga ini, selain melihat kecantikan alam saja. Wilayah lereng Sesean ini termasuk salah satu tempat yang sepi di Toraja. Hampir tidak ada aktifitas berarti di seputaran wilayah ini selain para warga lokal yang mencari pakan ternak mereka. Jumlah mereka pun bisa dihitung dengan jari. Cocok memang untuk bermalas-malasan disini sambil menikmati pemandangan di ketinggian. Walaupun sejuk, namun sengatan matahari pada tengah hari cukup bisa membakar kulit.
Untuk mengatasi kejenuhan akibat tidak adanya aktivitas di Batutumonga, Anda bisa bergeser ke berbagai arah, kecuali arah utara, karena akan menabrak tembok batu gunung Sesean. Ke arah barat, Anda bisa mengunjungi Lo’ko’ Mata, sebuah situs kuburan purbakala, yang lokasinya sekitar 2 kilometer dari Batutumonga atau sekitar 30 menit perjalanan. Situs Lo’ko’ Mata ini, merupakan kompleks pemakaman alam, yang terletak di sebuah batu besar di sisi sebelah kanan jalan. Di batu yang berukuran raksasa ini, penduduk setempat memahatnya dan membentuk lubang-lubang makam. Jumlah lubang makam di Lo’ko’ Mata ini mencapai puluhan. Tetapi mayat yang ada di dalamnya bisa berjumlah ratusan.
Pemandangan kabut diatas persawahan ditepi jalan menuju Batutumonga. |
Ke arah timur, Anda bisa mengunjungi desa/lembang To’yasa Akung, atau terus ke objek wisata Palawa’, atau terus ke daerah Sa’dan, yang jaraknya juga tidak jauh dari Batutumonga. Akses jalan menuju ke tempat-tempat ini, tersedia, meski masih dalam kondisi yang cukup berat. Lebih mudah akses jalannya adalah menuju ke daerah Bori’, kecamatan Sesean, via Buntu Lobo. Karena di daerah Buntu Lobo dan Bori’ ini, juga tersedia objek wisata lain, yang tidak kalah menarik. Yang jelas, ketika Anda mengunjungi Batutumonga, dijamin Anda tidak akan merasa kecewa. Bahkan banyak cerita indah yang Anda bawa pulang.
Satu hal lagi, jika Anda menginap di Batutumonga, Anda akan merasa seperti tidur di atas awan. Mengapa? Pertama, daerah ini benar-benar dingin di malam hari. Kedua, dari tempat ini, Anda bisa menyaksikan kelap-kelip lampu-lampu di kota Rantepao dan sekitarnya pada malam hari. Terakhir, jika Anda bangun di bagi hari, Anda akan menyaksikan hamparan kabut yang menutupi semua tempat yang ada di bawah Batutumonga, sehingga kesan yang akan timbul adalah Anda ada di atas awan. Akhir kata, jangan mati dulu sebelum mengunjungi Batutumonga. (***)
Sumber: Tabloid Kareba